DBD Kini Bisa Diatasi dengan Vaksin

Senin, 22 Juni 2015 - 10:34 WIB
DBD Kini Bisa Diatasi...
DBD Kini Bisa Diatasi dengan Vaksin
A A A
MEMASUKI musim hujan menjadi hal yang paling berisiko terhadap penyebaran penyakit demam berdarah dengue yang dibawa oleh nyamuk.

Berdasarkan pemaparan yang disampaikan oleh Dr I Nyoman Kandun MPH, Direktur Program dari Field Epidemiology Training Program (FETP), sampai saat ini penyebaran demam berdarah masih sangat dipengaruhi oleh distribusi manusia dan vektornya. DBD menyebar dengan kecepatan yang mengkhawatirkan, meningkat pesat dari hanya 9 negara yang terkena pada 1970 hingga kini menjadi endemik di lebih dari 100 negara di seluruh wilayah WHO.

“Bahkan pada 1980- 1985, demam berdarah dengue merupakan penyakit yang identik dengan masyarakat perkotaan,” kata Dr I Nyoman Kandun MPH, Direktur Program dari Field Epidemiology Training Program (FETP) saat dijumpai dalam Media Luncheon bertajuk “Dampak DBD di Asia Tenggara dan Epidemiologi”, di Jakarta, beberapa lalu.

Permasalahan demam berdarah ini ternyata memakan biaya yang sangat besar. Pemerintah yang berusaha mengatasi penyakit tersebut dengan menyesuaikan peningkatan biaya kesehatan, beban ekonomi tahunan akibat demam berdarah dengue di Asia Tenggara diperkirakan telah mencapai USD9,5 juta atau sekitar USD1,65 per kapita.

Beban tersebut diakibatkan oleh 2,9 juta kasus demam berdarah dengue dan lebih dari 5.900 kematian tercatat yang ditemukan dalam penelitian antara 2001 dan 2010. “Biaya langsung akibat dampak demam berdarah dengue meliputi tagihan medis terkait biaya rawat inap pasien serta konsekuensi tidak langsung akibat hilangnya produktivitas kerja dari penderita demam berdarah dengue dan orang yang merawatnya,” ungkap Joko Murdianto, General Manager Sanofi Pasteur Indonesia

Di Indonesia, biaya untuk demam berdarah dengue melebihi angka USD300 juta per tahun, dan mewakili lebih dari sepertiga beban ekonomi akibat DBD yang dilaporkan di seluruh wilayah Asia Tenggara. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki beban ekonomi tertinggi akibat DBD di Asia Tenggara.

Dengan evaluasi yang tepat dan menyadari beban ekonomi akibat wabah DBD, pembuat kebijakan serta pejabat kesehatan masyarakat dapat membuat keputusan yang lebih baik bagi program pengendalian DBD secara nasional, termasuk pemanfaatan vaksin pada masa mendatang. Selama kurang lebih dari 20 tahun, Sanofi Pasteur telah menunjukkan keberhasilan studi klinis hingga fase III terhadap vaksin DBD.

Vaksin ini diharapkan dapat meringankan beban penyakit dengue dan membuat biaya pencegahan yang lebih efektif, tetap dibutuhkan dukungan pemerintah, kewaspadaan masyarakat dan individu akan penyakit ini. Vaksinasi akan lebih memungkinkan untuk pengurangan beban DBD yang lebih besar dan memberi kontrol yang lebih baik bagi wabah DBD.

“Vaksin ini akan diperkenalkan di Indonesia pada 2016 yang akan dilakukan dengan kerja sama dengan pemerintah. Pemberian vaksin akan dilakukan selama tiga periode, yaitu 0 bulan, 6 bulan, 12 bulan,” ungkap Joko Murdianto.

Larissa huda
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0960 seconds (0.1#10.140)